Egois apakah salah?

April 04, 2019

Beberapa hari kemarin saya dan seorang teman saling bercerita tentang masa lalu. Tentang kegagalan masing-masing kami dalam menjalin hubungan romantis. Ya singkatnya soal alasan putus cinta. Karena penasaran sengaja saya pancing dengan ‘mungkin kamu yang egois?’ dia dengan percaya diri jawab ‘waktu 8 tahun sudah nggak akan ada rasa egois’.
Apa benar seperti itu?


Saya berfikir kalau 8 tahun itu waktu yang sudah...gimana ya, terlalu lama untuk suatu hubungan. Delapan tahun itu antara memang sudah terbiasa bersama sampai sudah sebegitu cintanya atau sudah empet bosan sampai nggak ada rasa.

Saya sendiri merasa kalau egois adalah salah satu emosi dasar yang dimiliki manusia (disclaimer dulu sebelumnya ya, saya bukan psikolog atau orang yang ahli soal kepribadian manusia, ini murni pikiran saya aja, jadi bisa jadi salah). Sama seperti emosi senang, bangga, marah, terharu kecewa dan lainya egois juga salah satu emosi yang membentuk manusia, yang menjadikan manusia...manusia, bukan gedebog pisang.

Jadi gimana kalau manusia tidak punya perasaan egois di dirinya? Saya yakin kok bakal ada emosi negatif lain yang muncul memenuhi ruang kosong yang terpaksa dihilangkan (yang tadinya diisi oleh emosi egois itu). Emosi yang bakal muncul bisa jadi adalah marah dan kecewa.
Contohnya seorang anak punya mainan di tangannya dan tetiba direbut oleh temannya. Perasaan egoisnya berontak karena merasa memiliki mainan itu, setelahnya wajar dong kalau si anak marah dan merasa kesal.

Baru kemudian teman saya cerita garis besar alasan mereka putus. Ada waktu di mana sang mantan pasangan ‘berubah’ dan punya cara pandangnya yang baru. Nah ini ternyata, karena perbedaan prinsip dan cara pandang yang tidak lagi sama. Saya yakin sih dalam menjalin hubungan pasti ada nilai-nilai yang harus sama yang wajib bisa diterima dua belah pihak. Hal ensensial ini biasanya sangat dasar dan nggak bisa dikompromikan lagi. Bukan soal benar atau salah ya. Hanya harus sama aja.

Misalnya nih, pihak satu nggak mau punya anak, kita yang ingin punya anak nggak bisa memaksanya untuk berkompromi dengan bilang ‘satu anak aja deh’. Karena dasarnya sudah pasti dan nggak bisa ditawar lagi yaitu...Tidak. Punya. Anak.
Apa nggak ingin punya anak adalah keputusan yang salah? Buat yang ingin punya anak, bisa jadi salah. Tapi buat dia yang punya cara pandang lain, nggak salah. Dia pasti punya alasan dan nilai-nilai yang dianut dengan cara pandangnya itu. Dan sekali lagi, itu nggak bisa dibilang salah.

Berarti egois kan kalau kita nggak bisa menerima perubahan cara pandang seseorang? Tapi apa egois itu salah? Ya, nggak.  Seperti yang saya bilang tadi, egois adalah salah satu emosi dalam diri manusia kok.
Kalau bersifat egois itu tidak salah, terus gimana dong biar kita bisa tetap egois tanpa harus mengorbankan perasaan pasangan? Di sini kita perlu tahu dulu nilai-nilai esensial yang nggak bisa dikompromikan dalam menjalin hubungan. Ingat, nggak semua orang mau menikah dan punya anak. Nggak semua orang punya keyakinan dan nilai yang sama dengan yang kita punya. Kita tidak sespesial itu. Kalau pasangan nggak bisa selaras dalam hal itu, ya nggak ada jalan lain untuk secepatnya berpisah. Buat apa dipaksakan? Susah tapi kenyataan harus mau diterima daripada nanti sama-sama makin terluka.

Selain nilai yang nggak bisa dikompromikan ada juga nilai yang masih bisa dikompromikan. Misalnya, saya ingin besok kalau sudah menikah saya masih punya waktu untuk jalan-jalan sendiri atau dengan teman (tanpa pasangan). Pasangan boleh egois dan keberatan dengan itu, tapi ada opsi kompromi dengan menawarkan saya boleh pergi tapi tanpa teman lawan jenis misalnya. Saya bisa tetap egois dengan pilihan saya, pasangan juga tetap merasa aman dengan kompromi yang dilakukan.

Jadi dalam menjalin hubungan saya sih tetap mikir kalau egois tetap perlu agar kita tetap waras dan nggak mudah marah. Toh saya percaya, relationship adalah seni dua orang egois untuk hidup bersama dengan sama-sama bahagia. Nah, menurut kamu sendiri gimana?

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Part of

Blogger Perempuan